Donasi Sel Telur 2025 – Biaya, Peluang Keberhasilan, dan Situasi Hukum di Indonesia

Foto Profil Penulis
ditulis oleh Philomena Marx6 Juni 2025
Analisis laboratorium sebelum donasi sel telur

Semakin banyak pasangan di Indonesia mempertimbangkan donasi sel telur karena kehamilan secara alami tidak terjadi. Namun, praktik donasi sel telur masih kontroversial dan pada umumnya tidak diizinkan oleh pedoman etika medis dan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Akibatnya, banyak pasangan memilih melakukan perawatan di luar negeri. Panduan ini merangkum semua hal penting—mulai dari prosedur medis, biaya, peluang keberhasilan, hingga kondisi hukum dan rencana reformasi.

Bagaimana Proses Donasi Sel Telur?

Pertama, calon pendonor menjalani stimulasi ovarium dengan obat hormon agar menghasilkan beberapa sel telur matang. Di bawah sedasi ringan, dokter mengambil sel telur melalui prosedur aspirasi folikuler yang dipandu ultrasonografi transvaginal. Di laboratorium, sel telur dibuahi menggunakan fertilisasi in vitro (IVF) atau intracytoplasmic sperm injection (ICSI). Embrio yang terbentuk kemudian ditransfer ke rahim penerima. Secara genetik, anak berasal dari pendonor; secara hukum di Indonesia, ibu yang melahirkan dianggap sebagai ibu sah.

Mengapa Donasi Sel Telur Tidak Diizinkan di Indonesia?

Di Indonesia belum ada undang-undang khusus tentang donasi gamet (sel telur atau sperma), tetapi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang pelayanan fertilisasi in vitro (IVF) mensyaratkan penggunaan sel telur dan sperma pasangan suami-istri. Selain itu, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nomor 3 Tahun 2017 menyatakan donasi sel telur dan sperma kepada pihak ketiga tidak diperbolehkan karena dianggap bertentangan dengan prinsip nasab dan keturunan dalam syariat Islam. Akibatnya, praktik donasi sel telur tidak tersedia secara legal di klinik-klinik Kesehatan Reproduksi di dalam negeri.

Donasi Embrio – Hanya untuk Pasangan Suami-Istri

Donasi embrio umumnya berasal dari embrio sisa proses IVF pasangan suami-istri yang tidak lagi ingin menggunakannya. Proses ini diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97/2014, yang mensyaratkan bahwa embrio hanya boleh digunakan oleh pasangan suami-istri yang telah memberi persetujuan tertulis. Namun, donasi embrio sangat jarang ditemui di Indonesia karena risiko etik dan fatwa MUI yang sejalan dengan ketentuan Kemenkes. Banyak klinik tidak menawarkan layanan donasi embrio karena kekhawatiran hukum dan sosial.

Hukum Keturunan: Siapa Ibu?

Menurut Kode Etik Dokter Indonesia dan fatwa MUI, ibu sah secara hukum adalah wanita yang melahirkan anak. Jika proses dilakukan di luar negeri, pasangan akan mengalami tantangan untuk mengakui anak di KUA atau catatan sipil di Indonesia. Biasanya diperlukan akta kelahiran dari negara tempat kelahiran dan proses penyesuaian nama orang tua lewat prosedur pengesahan akta kelahiran di Indonesia.

Gestasi Substitusi (Surrogacy) – Dilarang

Gestasi substitusi (surrogacy) juga dilarang di Indonesia. Fatwa MUI Nomor 3 Tahun 2017 melarang praktik pihak ketiga membawa kehamilan, dan Peraturan Menteri Kesehatan 97/2014 tidak mengakomodasi kontrak surrogacy. Pasangan yang bersikeras melakukan surrogacy di luar negeri harus kemudian menjalani proses adopsi atau legalisasi pengakuan orang tua di Indonesia, yang seringkali rumit dan memerlukan bantuan pengacara.

Gambaran Risiko Medis

Pendonor Sel Telur: Efek samping stimulasi hormon mencakup mual, sakit kepala, dan ketidaknyamanan perut ringan. Sindrom Hiperstimulasi Ovarium (OHSS) yang berat terjadi pada sekitar 1% siklus Braat 2014. Prosedur pengambilan sel telur minimal-invasif, namun tetap memiliki risiko perdarahan atau infeksi kecil. Penerima Sel Telur: Sebuah studi registri di Swedia menunjukkan risiko preeklamsia pada kehamilan pasca donasi sel telur dua kali lebih tinggi dibanding kehamilan dengan sel telur sendiri Magnusson 2021. Jika perawatan dilakukan di klinik luar negeri berpengalaman dan monitor ketat, sebagian besar siklus berjalan tanpa komplikasi serius.

Peluang Keberhasilan Saat Ini

Berdasarkan Laporan ART terbaru dari ESHRE (European Society of Human Reproduction and Embryology) untuk 2019, tingkat kehamilan klinis mencapai 50,5% per transfer embrio segar setelah donasi sel telur ESHRE 2023. Menurut data CDC (Centers for Disease Control and Prevention) 2022, tingkat kelahiran hidup mencapai 55% per siklus pada penerima di bawah usia 30 tahun yang menggunakan sel telur donor CDC 2022. Klinik-klinik top di Spanyol melaporkan tingkat keberhasilan lebih dari 65% per transfer berkat penggunaan laboratorium canggih dan skrining genetik pra-implantasi (PGT-A) Embriogyn 2024. Faktor penentu adalah usia dan kondisi kesehatan pendonor, kualitas embrio, serta pengalaman tim laboratorium.

Komparasi Biaya dan Kondisi 2025

Karena donasi sel telur tidak tersedia di Indonesia, banyak pasangan memilih perawatan di luar negeri. Kisaran total biaya—yang mencakup prosedur fertilisasi, obat, dan satu kali perjalanan pulang-pergi—adalah sebagai berikut (dalam rupiah, IDR ):

  • Thailand – Rp 150 juta – Rp 250 juta, donasi anonim, tingkat keberhasilan hingga 60 %
  • Malaysia – Rp 130 juta – Rp 200 juta, donasi anonim, menunggu cukup singkat
  • India – Rp 100 juta – Rp 180 juta, donasi anonim, biaya terjangkau
  • Singapura – Rp 200 juta – Rp 300 juta, donasi terbuka, fasilitas medis mutakhir
  • Spanyol – Rp 175 juta – Rp 275 juta, donasi anonim, tingkat keberhasilan hingga 60 %
  • AS – Rp 350 juta – Rp 500 juta, donasi terbuka, skrining genetik komprehensif
  • Kanada – Rp 225 juta – Rp 325 juta, sistem altruis, tanpa bayar untuk pendonor
  • Ukraina – Rp 125 juta – Rp 200 juta, regulasi longgar, risiko politik
  • Georgia – Rp 115 juta – Rp 175 juta, regulasi permisif, antrean pendek
  • Israel – Rp 250 juta – Rp 350 juta, donasi anonim, persyaratan medis ketat
  • Jepang – Rp 200 juta – Rp 300 juta, donasi anonim, aturan kerahasiaan terbatas
  • Prancis – Rp 180 juta – Rp 280 juta, donasi anonim wajib; anak dapat mengakses data pendonor pada usia 18 tahun
  • Kanada – Rp 225 juta – Rp 325 juta, sistem altruis, tanpa kompensasi untuk pendonor

Selain biaya klinik, perlu ditambahkan biaya penginapan, transportasi, dan obat. Banyak pasangan Indonesia yang merencanakan anggaran total antara Rp 200 juta – Rp 400 juta per siklus, tergantung tujuan dan durasi perjalanan.

Pandangan ke Depan: Adakah Rencana Reformasi?

Saat ini, belum ada rencana konkrit untuk mengubah peraturan Kementerian Kesehatan terkait donasi gamet. Fatwa MUI tetap menjadi acuan utama etika keagamaan. Reformasi besar kemungkinan baru muncul setelah 2026, seiring diskusi publik dan pengembangan pedoman internasional. Pasangan yang berminat harus selalu memantau informasi resmi dari Kementerian Kesehatan dan organisasi profesi medis, seperti Perhimpunan Obstetri & Ginekologi Indonesia (POGI).

Donasi Sperma – Alternatif Cepat dan Legal

Jika masalah infertilitas berasal dari pihak pria, donasi sperma di Indonesia relatif legal dan lebih mudah diakses dibandingkan donor sel telur di luar negeri. RattleStork mempertemukan calon orang tua dengan donor tersertifikasi, menyediakan layanan pesan terenkripsi, pelacakan siklus, dan kontrak hukum standar—semuanya melalui aplikasi yang mudah digunakan. Platform ini memastikan kedua belah pihak menjalani skrining medis dan konseling psikologis sesuai aturan Kemenkes, sehingga donasi sperma menjadi opsi andal dan terjangkau.

RattleStork – aplikasi donasi sperma
Ilustrasi: RattleStork – aplikasi donasi sperma

Kesimpulan

Donasi sel telur di Indonesia belum diizinkan secara resmi dan sebagian besar pasangan harus ke luar negeri untuk prosedur ini. Biaya global bervariasi sesuai negara tujuan, mulai dari Rp 100 juta hingga lebih dari Rp 400 juta per siklus. Pasangan yang mempertimbangkan opsi ini harus memilih klinik luar negeri bereputasi, berkonsultasi dengan ahli hukum, dan merencanakan anggaran dan logistik secara matang. Persiapan menyeluruh dan pemahaman aturan internasional adalah kunci untuk memaksimalkan peluang keberhasilan.

Pertanyaan yang Sering Diajukan (FAQ)