Di Indonesia, lebih dari sepuluh ribu orang setiap tahun memilih donasi sperma untuk mewujudkan impian membentuk keluarga. Metode skrining modern secara signifikan mengurangi risiko kesehatan, tetapi selalu ada risiko sisa. Artikel ini menjelaskan virus, bakteri, parasit, dan kondisi genetik apa saja yang dapat menular—serta bagaimana skrining laboratorium bertahap meminimalkan risiko tersebut.
Mengapa Skrining Bertahap Penting
Patogen sering melewati periode jendela: mereka sudah ada pada donor, tetapi belum terdeteksi oleh tes antibodi saja. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan RI dan Perhimpunan Fertilitas Indonesia (PERFITRI) merekomendasikan kombinasi tes serologi dengan PCR dan menempatkan sampel donor dalam karantina beberapa bulan sebelum digunakan.
Virus yang Terdeteksi dalam Ejakulat
- HIV – Tes ELISA dan PCR, dilengkapi karantina sampel.
- Hepatitis B & C – Uji antibodi dan antigen untuk mencegah kerusakan hati.
- Herpes Simplex Virus 1 & 2 – PCR; risiko rendah pada donor tanpa gejala.
- Sitomegalovirus (CMV) – Skrining IgG/IgM; penting bagi penerima dengan sistem kekebalan lemah.
- Virus Zika – RT-PCR dan tes antibodi setelah kunjungan ke daerah endemik.
- HTLV I/II – Jarang, tetapi terkait leukemia.
- Human Papillomavirus (HPV) – PCR untuk tipe berisiko tinggi (pencegahan kanker serviks).
- Virus West Nile & Dengue – Penting untuk donor dari wilayah tropis/subtropis.
- SARS-CoV-2 – Dimasukkan dalam beberapa panel skrining saat puncak pandemi.
Bakteri dan Parasit dalam Sperma
- Chlamydia trachomatis – Sering tanpa gejala; dapat mengganggu kesuburan.
- Neisseria gonorrhoeae – Terdeteksi melalui NAAT atau kultur swab.
- Treponema pallidum (sifilis) – Tes TPPA dan VDRL wajib.
- Flora urogenital seperti E. coli dan enterokokus – Dapat menyebabkan peradangan.
- Trichomonas vaginalis – Menurunkan kualitas sperma.
- Mycoplasma/Ureaplasma – Sering tidak bergejala, namun memicu inflamasi.
Risiko Genetik
- Fibrosis kistik – Analisis gen CFTR
- Penyakit Tay-Sachs – Deteksi mutasi HEXA
- Atrofi otot spinal – Tes gen SMN1
- Anemia sel sabit & talasemia – Panel hemoglobinopati
- Sindrom X rapuh – Analisis pengulangan gen FMR1
- Microdeletion kromosom Y – Terkait oligospermia berat
- Penyakit Gaucher – Relevan pada donor keturunan Yahudi Ashkenazi
- Panel spesifik populasi – e.g. anemia Fanconi, penyakit Wilson
Penyakit Apa yang Dapat Dikesampingkan?
Dengan gabungan tes serologi, PCR, panel genetik, dan karantina selama beberapa bulan, laboratorium dapat secara efektif mengesampingkan semua virus, bakteri, parasit, dan kondisi genetik penting—menurunkan risiko sisa ke tingkat yang sangat rendah.
Proses Skrining
- Riwayat Kesehatan – Kuesioner menyeluruh dan konseling.
- Tes Laboratorium – Uji antibodi, antigen, dan PCR.
- Panel Genetik – Skrining untuk kondisi keturunan umum.
- Karantina – Sampel disimpan beku selama ≥ 3 bulan.
- Retest – Konfirmasi tidak ada infeksi baru sebelum dilepas.
Donasi Pribadi vs Bank Sperma
Bank sperma berlisensi oleh Kemenkes RI menjamin keamanan maksimal dengan protokol terstandar, karantina, dan registri donor. Donasi pribadi menawarkan pengalaman lebih personal dan mungkin lebih ekonomis, tetapi memerlukan pengaturan tes khusus dan perjanjian hukum.

Kesimpulan
Donasi sperma membuka jalan menuju menjadi orang tua bagi banyak orang. Protokol skrining menyeluruh menurut rekomendasi Kemenkes RI dan PERFITRI sangat penting untuk hampir mengeliminasi risiko penularan infeksi atau kondisi genetik. Percayakan pada fasilitas berlisensi atau platform yang terverifikasi—dan berikan awal yang paling aman bagi keluarga masa depan Anda.